Sunday, February 17, 2019

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KEPRIBADIAN


Pengertian Kepribadian
Manusia adalah makluk yang unik dalam tingkah lakunya. Tidak ada dua orang memiliki sifat dan ciri tingkah laku sama, walaupun mereka terlampir kembar sekali pun. Mungkin saja wajah dan ciri fisik lainnya mirip, akan tetapi perilaku setiap individu selalu berbeda. Berikut ini beberapa penjelasan (teori) mengenai terbentuknya kepribadian seseorang.

1.        Cermin diri
Menurut cooley (1920), kepribadian seseorang berkembangmelalui proses bertahap yang rumit dan berlangsungseumur hidup. Kepribadian seseorang hanya dapat berkembang dengan bantuan orang lain, karena orang lainlah yang memberikan gambaran mengenai diri kita. Dari gambaran diri atau cermin diri yang diberikan orang lain itu kemudian kepribadian kita terbentuk.
Misalnya, seorang anak putri oleh orang tuanya selalu disanjung sebagai anak yang manis dan baik, maka anak itu akan berperilaku sebagai anak yang manis dan baik. Kepribadiannya pun akan cenderung berkembang menjadi anak yang manis dan baik pula. Mungkin saja pada kenyataannya anak itu tidak benar-benar manis seperti yang digambarkan. Namun, itu bukan masalah, karena gambaran diri seseorang tidak berkaitan dengan fakta yang objektif mengenai orang yang digambarkan. Inilah konsep cermin diri yang di buat Cooley.

2.        Generalisasi Orang Lain
Hampir sama dengan teori diatas, George Herbert Mead (1934) menjelaskan bahwa kepribadian dibentuk oleh generalisasi orang lain. Menurut teori ini, setiap orang menyakini bahwa orang memiliki harapan terhadap perilaku kita. Harapan itulah yang kita hayati, sehingga perilaku kita benar-benar seperti apa yang menurut kita sesuai dengan harapan orang lain. Misalnya, seorang anak meyakini bahwa orang tuanya mengharapkannya menjadi anak yang baik dan pintar, maka kepribadian anak itu pun akan berkembang ke arah itu. Harapan-harapan orang tua biasanya dinyatakan secara langsung maupun tidak langsung kepada sang anak. Dengan mengetahui, mengerti, dan menghayati harapan itu, lama-kelamaan anak tersebut berusaha mengembangkan diri agar sesuai dengan harapan orang tua. Perlu diingat bahwa harapan-harapan orang lain tidak hanya berasal dari orang tua. Siapa saja yang berpengaruh dapat menjadi pembentuk kepribadian seorang anak.

3.        Konflik Individu dan Masyarakat
Menurut Sigmund Freud, kepribadian terbentuk sebagai akibat konflik mendasar dan abadi antara individu dengan masyarakatnya. Jiwa seseorang terdiri tiga atas bagian yaitu id, superego dan ego. Id adalah pusat nafsu dan dorongan-dorongan yang bersifat naluriah, antisosial dan rakus. Superego adalah jalinan antara cita-cita dan nilai-nilai sosial yang dihayati seseorang sehingga membentuk hati nurani, sedangkan ego adalah bagian yang bersifat sadar dan rasional, sehingga mampu mengedalikan konflik antara superego dengan id. Pertentangan antara dorongan naluriah yang cenderung merusak (id) dengan nilai-nilai sosial yang menekan (superego), dikendalikan oleh kesadaran (ego) akhirnya melahirkan perilaku khas. Perilaku-perilaku khas yang dimiliki seseorang inilah yang disebut kepribadian. Apabila dorongan naluriah lebih kuat, maka kepribadian yang terbentuk cenderung negatif. Sebaliknya, apabila desakan nilai-nilai sosial yang kuat, maka kepribadian yang terbentuk berisfat positif.
Faktor-faktor keturunan dianggap tidak begitu penting tetapi tetap diakui keberadaannya. Perpaduan faktor bawaan dan pengaruh lingkungan membentuk kepribadian yang unik pada setiap orang. Keunikan tersebut meliputi kebiasaan, harapan, sikap, cara berpikir, dan cara bertindak sehari-hari yang berbeda dengan orang lain. Misalnya, seseorang memiliki daya kreasi tinggu dan cenderung merombak tradisi-tradisi yang dianggap kuno. Akan tetapi, norma sosial tidak mendukung, maka perkembangan kepribadian anda kearah ‘manusia kreatif’ menjadi terhambat. Oleh karena itu, kepribadian adalah leseluruhan ciri perilaku seseorang yang unik sebagai akibat pengaruh bawaan lingkungan.
Faktor-faktor pembentuk Kepribadian
Terbentuknya kepribadian setiap individu dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, lingkungan fisik, kebudayaan, pengalaman-pengalaman. Faktor biologis dapat berupa keadaan jasmani ibu selama mengandung bayi dan faktor warisan biologis. Berbagai faktor itu membentuk kebiasaan, sikap dan sifat yang khas pada setiap orang. Kepribadian seseorang seseorang selalu berkembang sejalan dengan berbagai pengaruh yang ia peroleh melalui proses sosialisasi dan interaksi dengan orang lain.

1.        Faktor Kelahiran (Prenetal)
Sebelu dilahirkan, seorang anak manusia berada dalam kandungan selama kira-kira sembilan bulan sepuluh hari. Selama masa itu, terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi perkembangan calon individu. Penyakit yang diderita ibunya seperti sipilis, diabetes dan kanker dapat memengaruhi pertumbuhan mental, penglihatan, pendengaran bayi dalam kandungan. Keadaan kandungan ibu juga dapat memengaruhi perkembangan kepribadian anak yang akan dilahirkan. Kondisi daerah pinggul ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan bayi selama dalam kandungan. Akibat kondisi yang tidak menguntungkan, dapat menyebabkan bayi lahir cacat atau kidal. Keterkejutan keras (shock), saat lahir dapat pula mengakibatkan bayi itu memeliki kelambanan dalam berpikir. Semua itu dapat memengaruhi pembentukan kepribadian.

2.        Faktor Keturunan (Heredity)
Warisan bilogis berpengaruh penting dalam membentuk beberapa ciri kepribadian seseorang, namun tidak menentukan semua ciri kepribadian orang tersebut. Warisan biologis akan berkembang secara optimal bila mendapat pengaruh positif dari lingkungan.
Warisan biologis antara lain intelegensi, temperamen, watak, cara berbicara, tinggi badan, warna kulit, jenis rambut, dan sebagainya. Sifat seseorang dipengaruhi faktor keturunan adalah keramah-tamahan, perilaku kompulsif (perilaku terpaksa), dan kemudahan dalam pergaulan sosial. Berikut ini akan dijelaskan tiga faktor keturunan yang paling menonjol.
a.       Ciri Fisik-Biologis
Secara biologis, setiap manusia memiliki ciri-ciri fisik berbeda yang diwarisi dari orang tuanya. Ada orang yang berbadan tinggi dan gagah, namun ada pula yang kecil dan pendek. Perbedaan fisik-biologis seperti itu dapat mempengaruhi ciri kepribadiannya.orang bertubuh kecil dan pendek mungkin memiliki sifat rendah diri, atau paling tidak merasa tidak seberuntung orang yang berbadan tinggi dan gagah. Demikianlah cara berpengaruhnya faktor biologis terhadap kepribadian seseorang. Tentu saja tidak selalu seperti gambaran tersebut. Ada juga orang yang bertubuh kecil dan pendek, tetapi memiliki rasa percaya diri yang besar, terutama sejak kecil lingkungan mengajarinya menjadi orang yang percaya diri.
b.      Ciri Psikologis
Sebagian dari sifat dasar yang diwariskan orang tua adalah faktor kejiwaan (psikologis). Unsur-unsur kejiwaan terdiri dari temperamen, emosi, nafsu, dan kemampuan belajar. Temperamen adalah perangai, sifat, atau watak yang ditandai dengan mudah atau tidaknya seseorang terpancing amarahnya. Ada orang yang dikenal dengan temperamen tinggi atau mudah marah. Emosi berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan sedih atau gembira. Orang yang emosional tidak selalu berarti orang yang cepat atau mudah marah. Orang yang mudah terharu melihat adegan sedih dalam film juga termasuk orang yang emosional. Nafsu adalah keinginan kuat ke arah suatu tujuan. Nafsu ada yang mengarah pada tujuan positif, seperti nafsu makan, nafsu menjadi orang sukses, dan lain-lain. Namun ada pula nafsu kearah tujuan negatif, misalnya nafsu serakah dan keinginan untukmenang sendiri.
c.       Tingkat Kecerdasan
Salah satu bagian kepribadian yang diwarisi dari orang tua adalah kemampuan belajar atau tingkat kecerdasan. Menurut hasil suatu penelitian, kecerdasan seorang anak mirip atau hampur sama dengan tingkat kecerdasan orang tua kandungnya. Apabila seorang anak diasuh oleh orang tua angkat, tingkat kecerdasan orang tua angakat tidaklah berpengaruh.

3.        Faktor Lingkungan (Environment)
Ciri-ciri kepribadian seseorang dalam hal ketekunan, ambisi, kejujuran, kriminalitas, dan kelainan merupakan hasil pengaruh lingkungan. Ligkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita, baik keadaan fisik, sosial, maupun kebudayaan. Dengan demikian, ada tiga faktor lingkungan dapat memengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Namun, pengaruh ketiganya tidak berdiri sendiri.
a.       Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik meliputi keadaan iklim, tipografi, dan sumber daya alam. Ketiganya dapat memengaruhi perilaku masyarakat yang tinggal didalamnya. Keadaan iklim dan geografi suatu daerah memengaruhi perilaku seseorang. Tanah yang subur mampu mendukung kehidupan penduduk secara lebih baik. Kualitas hidup yang baik memengaruhi perilaku seseorang. Sementara itu, daerah yang tandus menyebabkan penduduknya miskin. Perilaku orang miskin jelas berbeda dengan perilaku orang yang berkecukupan.
Keadaan lingkungan fisik juga berpengaruh terhadap karakter seseorang, misalnya kehidupan pada masyarakat pantai. Orang-orang yang tinggal dipantai berbicara dengan nada keras dan agak kasar. Hal tersebut akibat pengaruh suasana laut yang riuh oleh deburan gelombang. Mereka berbicara keras dan berwatak keras dan berwatak kasar karena dipengaruhi kehidupan yang keras di laut.
b.      Lingkungan Sosial
Unsur-unsur pembentuk ligkungan sosial adalah kebudayaan, pengalaman kelompok, pengalaman unik, sejarah, dan pengetahuan. Faktor lingkungan sosial bersifat dinamis yang artinya faktor tersebut tidak bersifat permanen dan akan terus mengalami perubahan. Unsur-unsur tersebut memberi pengaruh yang diberikan kepada seorang individu. Hal seperti ini menyebabkan kepribadian yang muncul pada setiap individu juga berbeda-beda.disamping itu, juga dapat disebabkan oleh perbedaan cara yang dilakukan oleh setiap individu dalam membentuk kepribadiannya masing-masing.

4.        Faktor Kejiwaan
Faktor kejiwaan tidak bersumber pada faktor bilogis tetapi bersumber pada proses interkasi dan sosialisasi dengan masyarakat. Sebagai hasil dari proses sosial, faktor kejiwaan yang berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seseorang adalah terdiri atas motivasi dan kebutuhan untuk berpretasi atau need for achievement yang disingkat n ach.
a.       Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang membuat seseorang melakukan tingkah laku tertentu. Motivasi ada yang berasal dari dalam diri seseorang (intrisik) dan ada pula yang berasal dari luar (ekstrisik). Setiap manusia memiliki dorongan untuk berusaha memenuhi kebutuhan dasarnya. Misalnya, kebutuhan untuk bergaul, kebutuhan berprestasi, kebutuhan untuk bebas dari rasa takut, dan lain-lain. Apabila motivasi itu muncul dengan sendirinya, berarti termasuk dorngan intrinsik. Akan tetapi, bila motovasi itu dibangkatkan oleh orang lain, maka disebut dorongan ekstrinsik.
Motivasi mengarahkan perilaku seseorang. Misalnya, rang yang bermotivasi tinggi untuk berprestasi, perilakunya terarah pada usaha pencapaian prestasi. Dengan demikian hal-hal yang dipikirkannya pun mengarah ke cara-cara memperoleh prestasi. Motivasi juga membuatnya pantang menyerah walaupun mungkin beberapa kali mengalami kegagalan. Berbagai resiko yang merintangi tidak menyurutkan kegigihannya. Dengan demikian, motivasi telah membentuk pola tindakan, pola berpikir, dan semangat bekerja sesorang. Itu semua merupakan bagian dari kepribadian.
b.      N ach
N ach adalah kebutuhan yang dimiliki oleh setiap orang untuk berprestasi dalam lingkungan sosialnya. Bentuk-bentuk prestasi berbeda-beda atara satu dengan yang lainnya. Bagi pelajar, bentuk n ach adalah berprestasi dalam bidang akademik, misalnya naik kelas atau lulus ujian. N ach muncul dari proses interaksi yang berkembang dan kompetitif. Bagi seseorang yang memiliki n ach akan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Keinginan untuk terus berprestasi memunculkan kepribadian positif seperti tekun, pantang menyerah, optimis, dan sebagainya.


No comments:

Post a Comment