Pengertian Kepribadian
Manusia adalah
makluk yang unik dalam tingkah lakunya. Tidak ada dua orang memiliki sifat dan
ciri tingkah laku sama, walaupun mereka terlampir kembar sekali pun. Mungkin
saja wajah dan ciri fisik lainnya mirip, akan tetapi perilaku setiap individu
selalu berbeda. Berikut ini beberapa penjelasan (teori) mengenai terbentuknya
kepribadian seseorang.
1.
Cermin diri
Menurut
cooley (1920), kepribadian seseorang berkembangmelalui proses bertahap yang
rumit dan berlangsungseumur hidup. Kepribadian seseorang hanya dapat berkembang
dengan bantuan orang lain, karena orang lainlah yang memberikan gambaran
mengenai diri kita. Dari gambaran diri atau cermin
diri yang diberikan orang lain itu kemudian kepribadian kita terbentuk.
Misalnya,
seorang anak putri oleh orang tuanya selalu disanjung sebagai anak yang manis
dan baik, maka anak itu akan berperilaku sebagai anak yang manis dan baik.
Kepribadiannya pun akan cenderung berkembang menjadi anak yang manis dan baik pula.
Mungkin saja pada kenyataannya anak itu tidak benar-benar manis seperti yang
digambarkan. Namun, itu bukan masalah, karena gambaran diri seseorang tidak
berkaitan dengan fakta yang objektif mengenai orang yang digambarkan. Inilah
konsep cermin diri yang di buat
Cooley.
2.
Generalisasi Orang Lain
Hampir
sama dengan teori diatas, George Herbert Mead (1934) menjelaskan bahwa
kepribadian dibentuk oleh generalisasi orang lain. Menurut teori ini, setiap
orang menyakini bahwa orang memiliki harapan terhadap perilaku kita. Harapan
itulah yang kita hayati, sehingga perilaku kita benar-benar seperti apa yang
menurut kita sesuai dengan harapan orang lain. Misalnya, seorang anak meyakini
bahwa orang tuanya mengharapkannya menjadi anak yang baik dan pintar, maka
kepribadian anak itu pun akan berkembang ke arah itu. Harapan-harapan orang tua
biasanya dinyatakan secara langsung maupun tidak langsung kepada sang anak.
Dengan mengetahui, mengerti, dan menghayati harapan itu, lama-kelamaan anak
tersebut berusaha mengembangkan diri agar sesuai dengan harapan orang tua.
Perlu diingat bahwa harapan-harapan orang lain tidak hanya berasal dari orang
tua. Siapa saja yang berpengaruh dapat menjadi pembentuk kepribadian seorang
anak.
3.
Konflik Individu dan Masyarakat
Menurut
Sigmund Freud, kepribadian terbentuk sebagai akibat konflik mendasar dan abadi
antara individu dengan masyarakatnya. Jiwa seseorang terdiri tiga atas bagian
yaitu id, superego dan ego. Id adalah pusat nafsu dan dorongan-dorongan yang
bersifat naluriah, antisosial dan rakus. Superego adalah jalinan antara cita-cita
dan nilai-nilai sosial yang dihayati seseorang sehingga membentuk hati nurani,
sedangkan ego adalah bagian yang bersifat sadar dan rasional, sehingga mampu
mengedalikan konflik antara superego dengan id. Pertentangan antara dorongan
naluriah yang cenderung merusak (id) dengan nilai-nilai sosial yang menekan
(superego), dikendalikan oleh kesadaran (ego) akhirnya melahirkan perilaku
khas. Perilaku-perilaku khas yang dimiliki seseorang inilah yang disebut
kepribadian. Apabila dorongan naluriah lebih kuat, maka kepribadian yang
terbentuk cenderung negatif. Sebaliknya, apabila desakan nilai-nilai sosial
yang kuat, maka kepribadian yang terbentuk berisfat positif.
Faktor-faktor
keturunan dianggap tidak begitu penting tetapi tetap diakui keberadaannya. Perpaduan
faktor bawaan dan pengaruh lingkungan membentuk kepribadian yang unik pada
setiap orang. Keunikan tersebut meliputi kebiasaan, harapan, sikap, cara
berpikir, dan cara bertindak sehari-hari yang berbeda dengan orang lain.
Misalnya, seseorang memiliki daya kreasi tinggu dan cenderung merombak
tradisi-tradisi yang dianggap kuno. Akan tetapi, norma sosial tidak mendukung,
maka perkembangan kepribadian anda kearah ‘manusia kreatif’ menjadi terhambat.
Oleh karena itu, kepribadian adalah leseluruhan ciri perilaku seseorang yang
unik sebagai akibat pengaruh bawaan lingkungan.
Faktor-faktor pembentuk
Kepribadian
Terbentuknya kepribadian setiap individu dipengaruhi oleh
faktor-faktor biologis, lingkungan fisik, kebudayaan, pengalaman-pengalaman.
Faktor biologis dapat berupa keadaan jasmani ibu selama mengandung bayi dan
faktor warisan biologis. Berbagai faktor itu membentuk kebiasaan, sikap dan
sifat yang khas pada setiap orang. Kepribadian seseorang seseorang selalu
berkembang sejalan dengan berbagai pengaruh yang ia peroleh melalui proses
sosialisasi dan interaksi dengan orang lain.
1.
Faktor Kelahiran (Prenetal)
Sebelu dilahirkan, seorang anak manusia berada dalam
kandungan selama kira-kira sembilan bulan sepuluh hari. Selama masa itu,
terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi perkembangan calon individu.
Penyakit yang diderita ibunya seperti sipilis, diabetes dan kanker dapat
memengaruhi pertumbuhan mental, penglihatan, pendengaran bayi dalam kandungan.
Keadaan kandungan ibu juga dapat memengaruhi perkembangan kepribadian anak yang
akan dilahirkan. Kondisi daerah pinggul ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan bayi
selama dalam kandungan. Akibat kondisi yang tidak menguntungkan, dapat
menyebabkan bayi lahir cacat atau kidal. Keterkejutan keras (shock), saat lahir dapat
pula mengakibatkan bayi itu memeliki kelambanan dalam berpikir. Semua itu dapat
memengaruhi pembentukan kepribadian.
2.
Faktor Keturunan (Heredity)
Warisan bilogis berpengaruh penting dalam membentuk
beberapa ciri kepribadian seseorang, namun tidak menentukan semua ciri
kepribadian orang tersebut. Warisan biologis akan berkembang secara optimal
bila mendapat pengaruh positif dari lingkungan.
Warisan biologis antara lain intelegensi, temperamen,
watak, cara berbicara, tinggi badan, warna kulit, jenis rambut, dan sebagainya.
Sifat seseorang dipengaruhi faktor keturunan adalah keramah-tamahan, perilaku
kompulsif (perilaku terpaksa), dan kemudahan dalam pergaulan sosial. Berikut ini
akan dijelaskan tiga faktor keturunan yang paling menonjol.
a. Ciri Fisik-Biologis
Secara biologis,
setiap manusia memiliki ciri-ciri fisik berbeda yang diwarisi dari orang
tuanya. Ada orang yang berbadan tinggi dan gagah, namun ada pula yang kecil dan
pendek. Perbedaan fisik-biologis seperti itu dapat mempengaruhi ciri
kepribadiannya.orang bertubuh kecil dan pendek mungkin memiliki sifat rendah
diri, atau paling tidak merasa tidak seberuntung orang yang berbadan tinggi dan
gagah. Demikianlah cara berpengaruhnya faktor biologis terhadap kepribadian
seseorang. Tentu saja tidak selalu seperti gambaran tersebut. Ada juga orang
yang bertubuh kecil dan pendek, tetapi memiliki rasa percaya diri yang besar,
terutama sejak kecil lingkungan mengajarinya menjadi orang yang percaya diri.
b. Ciri Psikologis
Sebagian dari sifat
dasar yang diwariskan orang tua adalah faktor kejiwaan (psikologis). Unsur-unsur
kejiwaan terdiri dari temperamen, emosi, nafsu, dan kemampuan belajar. Temperamen
adalah perangai, sifat, atau watak yang ditandai dengan mudah atau tidaknya
seseorang terpancing amarahnya. Ada orang yang dikenal dengan temperamen tinggi
atau mudah marah. Emosi berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang, suka
atau tidak suka, dan sedih atau gembira. Orang yang emosional tidak selalu
berarti orang yang cepat atau mudah marah. Orang yang mudah terharu melihat
adegan sedih dalam film juga termasuk orang yang emosional. Nafsu adalah
keinginan kuat ke arah suatu tujuan. Nafsu ada yang mengarah pada tujuan
positif, seperti nafsu makan, nafsu menjadi orang sukses, dan lain-lain. Namun ada
pula nafsu kearah tujuan negatif, misalnya nafsu serakah dan keinginan
untukmenang sendiri.
c. Tingkat Kecerdasan
Salah satu bagian
kepribadian yang diwarisi dari orang tua adalah kemampuan belajar atau tingkat
kecerdasan. Menurut hasil suatu penelitian, kecerdasan seorang anak mirip atau
hampur sama dengan tingkat kecerdasan orang tua kandungnya. Apabila seorang anak
diasuh oleh orang tua angkat, tingkat kecerdasan orang tua angakat tidaklah
berpengaruh.
3.
Faktor Lingkungan (Environment)
Ciri-ciri kepribadian seseorang dalam hal ketekunan,
ambisi, kejujuran, kriminalitas, dan kelainan merupakan hasil pengaruh
lingkungan. Ligkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita, baik
keadaan fisik, sosial, maupun kebudayaan. Dengan demikian, ada tiga faktor
lingkungan dapat memengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Namun, pengaruh
ketiganya tidak berdiri sendiri.
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik
meliputi keadaan iklim, tipografi, dan sumber daya alam. Ketiganya dapat
memengaruhi perilaku masyarakat yang tinggal didalamnya. Keadaan iklim dan
geografi suatu daerah memengaruhi perilaku seseorang. Tanah yang subur mampu
mendukung kehidupan penduduk secara lebih baik. Kualitas hidup yang baik
memengaruhi perilaku seseorang. Sementara itu, daerah yang tandus menyebabkan
penduduknya miskin. Perilaku orang miskin jelas berbeda dengan perilaku orang
yang berkecukupan.
Keadaan lingkungan
fisik juga berpengaruh terhadap karakter seseorang, misalnya kehidupan pada
masyarakat pantai. Orang-orang yang tinggal dipantai berbicara dengan nada
keras dan agak kasar. Hal tersebut akibat pengaruh suasana laut yang riuh oleh
deburan gelombang. Mereka berbicara keras dan berwatak keras dan berwatak kasar
karena dipengaruhi kehidupan yang keras di laut.
b. Lingkungan Sosial
Unsur-unsur pembentuk ligkungan sosial adalah kebudayaan,
pengalaman kelompok, pengalaman unik, sejarah, dan pengetahuan. Faktor lingkungan
sosial bersifat dinamis yang artinya faktor tersebut tidak bersifat permanen
dan akan terus mengalami perubahan. Unsur-unsur tersebut memberi pengaruh yang
diberikan kepada seorang individu. Hal seperti ini menyebabkan kepribadian yang
muncul pada setiap individu juga berbeda-beda.disamping itu, juga dapat
disebabkan oleh perbedaan cara yang dilakukan oleh setiap individu dalam
membentuk kepribadiannya masing-masing.
4.
Faktor Kejiwaan
Faktor kejiwaan tidak bersumber pada faktor bilogis
tetapi bersumber pada proses interkasi dan sosialisasi dengan masyarakat. Sebagai
hasil dari proses sosial, faktor kejiwaan yang berpengaruh terhadap pembentukan
kepribadian seseorang adalah terdiri atas motivasi dan kebutuhan untuk
berpretasi atau need for achievement
yang disingkat n ach.
a. Motivasi
Motivasi adalah
dorongan yang membuat seseorang melakukan tingkah laku tertentu. Motivasi ada
yang berasal dari dalam diri seseorang (intrisik) dan ada pula yang berasal
dari luar (ekstrisik). Setiap manusia memiliki dorongan untuk berusaha memenuhi
kebutuhan dasarnya. Misalnya, kebutuhan untuk bergaul, kebutuhan berprestasi,
kebutuhan untuk bebas dari rasa takut, dan lain-lain. Apabila motivasi itu
muncul dengan sendirinya, berarti termasuk dorngan intrinsik. Akan tetapi, bila
motovasi itu dibangkatkan oleh orang lain, maka disebut dorongan ekstrinsik.
Motivasi mengarahkan
perilaku seseorang. Misalnya, rang yang bermotivasi tinggi untuk berprestasi,
perilakunya terarah pada usaha pencapaian prestasi. Dengan demikian hal-hal
yang dipikirkannya pun mengarah ke cara-cara memperoleh prestasi. Motivasi juga
membuatnya pantang menyerah walaupun mungkin beberapa kali mengalami kegagalan.
Berbagai resiko yang merintangi tidak menyurutkan kegigihannya. Dengan
demikian, motivasi telah membentuk pola tindakan, pola berpikir, dan semangat
bekerja sesorang. Itu semua merupakan bagian dari kepribadian.
b. N ach
N ach adalah
kebutuhan yang dimiliki oleh setiap orang untuk berprestasi dalam lingkungan
sosialnya. Bentuk-bentuk prestasi berbeda-beda atara satu dengan yang lainnya. Bagi
pelajar, bentuk n ach adalah
berprestasi dalam bidang akademik, misalnya naik kelas atau lulus ujian. N ach muncul dari proses interaksi yang
berkembang dan kompetitif. Bagi seseorang yang memiliki n ach akan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Keinginan
untuk terus berprestasi memunculkan kepribadian positif seperti tekun, pantang
menyerah, optimis, dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment