Monday, April 29, 2019

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : IMAN DAN TAQWA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang
Dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas untuk mencari nilai-nilai kebenaran yang sebenarnya karena kesehariannya manusia dihadapkan berbagai macam persoalan yang membutuhkan penyelesaian. Dengan perkembangan iptek yang pesat ini persoalan hidup menjadi lebih kompleks dan manusia pun semakin sulit mengatasi persoalan hidupnya. Di saat kita manusia tidak bisa menyelesaikan atau mengatasi persoalan hidup. Kita pasti lebih memilih lari dari masalah tersebut dan melakukan hal-hal yang menyimpang seperti minuman-minuman keras, narkoba, dll. Dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang melakukan bunuh diri gara-gara tidak bisa mengatasi persoalan kehidupan.
Di sinilah iman dan taqwa itu mengambil perannya sebagai jalan keluar atau solusi untuk menyelesaikan masalah kehidupan itu tersebut. Ketika seseorang telah bisa memahami dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa tersebut kedalam kehidupannya maka ia dapat mengatasi permasalahan hidupnya. Jadi iman dan taqwa itu sangat penting bagi manusia khususnya bagi kita pemeluk agama islam, agar mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dan menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa. Dengan begitu konsep iman dan taqwa itu perlu untuk dikaji.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan dari judul makalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian iman dan taqwa dan hubungan antara keduannya ?
2.      Apa tanda dan wujud iman dan takwa tersebut ?
3.      Bagaimana cara menerapkan konsep iman dan taqwa di kehidupan sehari-hari ?
4.      Apa peran iman dan taqwa dalam menjawab problema kehidupan modern ?

1.3    Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah agama islam dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulisan dan pembaca tentang konsep iman dan taqwa, cara mengimplementasikannya ke kehidupan sehari-hari serta mengetahui bahwa imtaq dapat menjawab problema kehidupan kita di masa yang modern ini.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1    Pengertian Iman dan Taqwa
2.1.1    Pengertian Iman
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu'manu – amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati.
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam.
Secara sempurna pengertiannya adalah membenarkan (mempercayai) Allah dan segala apa yang  datang dari pada-Nya sebagai wahyu melalui rasul-rasul-Nya dengan kalbu, mengikrarkan dengan lisan dan mengerjakan dengan perbuatan.
Dalam surat al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu, beriman kepada Allah berarti sangat rindu terhadap ajaran Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat menaati ajaran Allah yaitu Al-Quran dan sunnah rasul.
            Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (al-Imaanu 'aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani wa'amalun bil arkaan)
Istilah iman dalam al-qur'an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang memberikan corak dan warna tentang suatu yang diimani, seperti dalam surat an-Nisa': 51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/Idealisme) dan thaghut (realita/nasionalisme). Sedangkan dalam surat al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan kata bathil, yaitu wallaziina aamanuu bil baathili. Bathil berarti tidak benar menurut Allah.Sementara dalam surat al-Baqarah: 4 iman dirangkaikan dengan kata ajaran yang diturunkan oleh Allah.
Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau ajaran nya, dikatakan sebagai iman haq, sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya dinamakan iman bathil.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan cabang. Bukankah sering kita baca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang kita jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari iman, kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari iman, bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat membuat orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara cabang - cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT.

2.1.2     Pengertian  Takwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).
Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.
Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan, yaitu :
a)      Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
b)      Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal.
c)      Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
d)     Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki semangat perjuangan.

2.2    Wujud Iman dan Taqwa
Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman.Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.Oleh karena itu lapangan iman sangat luas.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam.
Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang agama, merupakan salah satu bentuk wujud seorang muslim yang bertaqwa. Karena taqwa adalah sebaik–baik bekal yang harus kita peroleh dalam mengarungi kehidupan dunia.

 2.3    Tanda-Tanda Orang Yang Beriman Dan Bertaqwa
2.3.1    Tanda-tanda Orang Beriman
Al-qur'an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
1.         Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya (al-anfal : 2)
2.         Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali imran : 120, Al maidah: 12, al-anfal : 2, at-taubah: 52, Ibrahim:11)
3.         Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintah-Nya. (al-anfal: 3, Al-mu'minun: 2, 7)
4.         Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3, Al-mukminun: 2, 7)
5.         Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan. (Al-mukminun: 3, 5)
6.         Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6)
7.         Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)
8.         Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)

2.3.2    Ciri-ciri orang yang bertaqwa kepada swt
Ciri – ciri orang yang bertaqwa kepada Allah SWT, yaitu :
1.         Teguh dalam keyakinan dan bijaksana dalam pelaksanaannya.
2.         Tampak wibawanya karena seuma aktivitas hidupnya dilandasi kebenaran dan kejujuran.
3.         Menonjol rasa puasnya dalam perolehan rezeki sesuai dengan usaha dan kemampuannya.
4.         Senantiasa bersih dan berhias walaupun miskin.
5.         selalu cermat dalam perencanaan dan bergaya hidup sederhana walaupun kaya.
6.         Murah hati dan murah tangan.
7.         Tidak menghabiskan waktu dalam perbuatan yang tidak bermanfaat.
8.         Tidak berkeliaran dengan membawa fitnah.
9.         Disiplin dalam tugasnya.
10.     Tinggi dedikasinya.
11.     Terpelihara identitas muslimnya (setiap perbuatannya berorientasi kepada terciptanya kemaslahatan/kemanfaatan masyarakat).
12.     Tidak pernah menuntut yang bukan haknya serta tidak menahan hak orang lain.
13.     Kalau ditegur orang segera intropeksi. Kalau ternyata teguran tersebut benar maka dia menyesal dan mohon ampun kepada Allah swt. serta minta maaf kepada orang yang tertimpa oleh kesalahannya itu.
14.     Kalau dimaki orang dia tersenyum  simpul sambil mengucapkan: "Kalau makian anda benar saya bermohon semoga Allah swt. mengampuniku. Kalau teguran anda ternyata salah, saya bermohon agar Allah mengampunimu.

2.4     Keterkaitan Iman Dan Taqwa
Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan. Kedudukan iman sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan ibadah puasa hanya dapat disahuti melalui wadah keimanan ini. Mengingat bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti nilai-nilai puasa juga demikian. Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah maka tujuan dari puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan. Iman dan taqwa merupakan dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dan bahkan kedua-duanya saling membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak akan pernah terwujud bila tidak diawali dengan keimanan dan keimanan itu sendiri tidak akan memiliki nilai apa-apa bila tidak sampai ke derjat ketaqwaan.
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Prediket kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat) supaya keberadaan iman terkesan lebih energik. 
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upaya-upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri. Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah.

2.5     Pengertian dan Rukun Iman
2.5.1     Pengertian & Rukun Iman 
Menurut bahasa iman artinya percaya, sedangkan menurut bahasa di yakini dengan sepenuh hati, di ucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan anggota badan . orang yang beriman disebut MU'MIN.
Berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadits rukun iman ada 6, yaitu:
1.         Iman kepada Allah 
Yaitu percaya sepenuh hati bahwa Allah adalah Rabb Tuhan pencipta alam, Maha Kuasa, Maha Penyayang dan segala sifat Maha lainnya. Untuk itu kita wajib beribadah dan meminta pertolongan hanya kepada Allah.
2.         Iman kepada Malaikat-malaikat Allah 
Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari nur (cahaya). Malaikat selalu tunduk dan patuh atas perintah Allah dan tidak pernah sedikitpun membantahnya. Malaikat merupakan makhluk ghaib, artinya tidak dapat dilihat dengan panca indera manusia, namun kita wajib iman dan percaya kepadanya. Jumlah malaikat sangatlah banyak, hingga tak ada yang mengetahui jumlahnya, kecuali Allah.
3.         Iman kepada Kitab-kitab Allah 
Allah menurunkan kitab-kitabNya kepada para Nabi sebagai pedoman umat manusia untuk hidup didunia agar selamat dunia dan akhirat. Ada 4 kitab yang Allah turunkan kepada para Nabi, yaitu :
a.          Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa A.S.
b.         Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS.
c.          Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS.
d.         Kitab Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4.         Iman kepada Nabi & Rasul-rasul Allah
Nabi adalah orang yang mendapat wahyu hanya untuk dirinya sendiri, sementara Rasul artinya utusan, Rasul Allah adalah utusan Allah yang mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada umatnya.
Tugas utama para rasul adalah menyampaikan dan megajarkan agama Allah kepada manusia, serta memberikan petunjuk agar tidak tersesat. Nabi dan Rasul yang wajib kita ketahui ada 25 orang. Yaitu :
Di antara 25 nabi dan rasul tersebut 5 di antaranya mendapat gelar 'Ulul Azmi, yaitu para Nabi yang mendapat ujian sangat berat dari Allah, namun mereka tetap tegar,  tabah dan sabar menghadapinya. Mereka adalah NUH, IBRAHIM, MUSA, ISA dan MUHAMMAD. Atau disingkat NIMIM.
5.         Iman kepada Hari akhir
Yaitu kita harus meyakini dengan sepenuh hati bahwa hari kiamat pasti terjadi. Namun kapan terjadinya adalah rahasia Allah, semua manusia tak ada satupun yang mengathuinya bahkan Nabi Muhammad sekalipun tak tahu kapan akan terjadinya kiamat.
Ketika beliau SAW. Ditanya oleh Malaikat Jibril tentang hari kiamat, belaiau tak tahu kapan terjadinya, namun beliau memberikan tanda-tanda kiamat yang mendahului terjadinya kimat.
Di antara tanda-tadanya adalah :
a.          Banyak orang minum-minum keras
b.         Banyak terjadi perzinahan
c.          Banyak gedung-gedung tinggi
d.         Matahari terbit dari barat dan terbenam di timur
e.          Keluarnya Ya'juz dan Ma'juz
f.          Keluarnya Dajjal, dll.
6.         Iman kepada Qodho dan Qodhar
Beriman kepada Qodho dan qodhar adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah memnentukan dan menetapkan segalanya untuk manusia. Qodho & Qodar adalah ketetapan Allah bagi makhluk Nya. Ketetapan Allah kadang berupa hal-hal yang baik dan kadang berupa hal-hal yag buruk. Maka seorang mu'min akan meyakini dan tunduk pada ketetapan Allah baik maupun buruknya.
Beriman kepada qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman di mana kita wajib mengimaninya agar iman kita menjadi sah dan sempurna.  Ibnu Abbas pernah berkata, "Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar, maka tauhidnya sempurna. Dan barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mendustakan qadar, maka dustanya merusakkan tauhidnya" (Majmu' Fataawa Syeikh Al-Islam).
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai iman kepada qada dan qadar, terlebih dahulu akan dibahas mengenai qada dan qadar itu sendiri.  Qada menurut bahasa berarti hukum, perintah, memberikan, menghendaki, dan menjadikan.  Sedangkan qadar berarti batasan atau menetapkan ukuran.
Secara etimologi, qada dapat diartikan sebagai pemutusan, perintah, dan pemberitaan.  Imam az-Zuhri berkata, "Qadha secara etimologi memiliki arti yang banyak. Dan semua pengertian yang berkaitan dengan qadha kembali kepada makna kesempurnaan…." (An-Nihayat fii Ghariib al-Hadits, Ibnu Al-Atsir).  Sedangkan qadar berasal dari kata qaddara, yuqaddiru, taqdiiran yang berarti penentuan.
Dari sudut terminologi, qadha adalah pengetahuan yang lampau, yang telah ditetapkan oleh Allah SWT pada zaman azali. Adapun qadar adalah terjadinya suatu ciptaan yang sesuai dengan penetapan (qadha).  Sedangkan arti terminologis qada dan qadar menurut Ar-Ragib ialah :
"Qadar ialah menentukan batas (ukuran) sebuah rancangan; seperti besar dan umur alam semesta, lamanya siang dan malam, anatomi dan fisiologi makhluk nabati dan hewani, dan lain-lain; sedang qada ialah menetapkan rancangan tersebut."
Atau secara sederhana, qada dapat diartikan sebagai ketetapan Allah yang telah ditetapkan tetapi tidak kita ketahui.  Sedangkan qadar ialah ketetapan Allah yang telah terbukti dan diketahui sudah terjadi.  Dapat pula dikatakan bahwa qada adalah ketentuan atau ketetapan, sedangkan qadar adalah ukuran.  Dengan demikian yang dimaksud dengan qada dan qadar atau takdir adalah ketentuan atau ketetapan Allah menurut ukuran atau norma tertentu.
Firman Allah mengenai qada dan qadar terdapat dalam surat Al Ahzab ayat 36, yaitu :
Arti : Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mumin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat Al Qamar ayat 49, yakni :
Arti : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Beriman kepada qada dan qadar berarti mengimani rukun-rukunnya.  Iman kepada qada dan qadar memiliki empat rukun, antara lain :
·            Ilmu Allah SWT
Beriman kepada qada dan qadar berarti harus beriman kepada Ilmu Allah yang merupakan deretan sifat-sifat-Nya sejak azali.  Allah mengetahui segala sesuatu.  Tidak ada makhluk sekecil apa pun di langit dan di bumi ini yang tidak Dia ketahui.  Dia mengetahui seluruh makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan. Dia juga mengetahui kondisi dan hal-hal yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi di masa yang akan datang.
·            Penulisan Takdir
Sebagai mukmin, kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik di masa lampau, masa kini, maupun masa yang akan datang, semuanya telah dicatat dalam Lauh Mahfuzh dan tidak ada sesuatu pun yang terlupakan oleh-Nya.
Masyi'atullah (Kehendak Allah) dan Qudrat (Kekuasaan Allah).
Seorang mukmin yang telah mengimani qada dan qadar harus mengimani masyi`ah (kehendak Allah) dan kekuasaan-Nya yang menyeluruh. Apapun yang Dia kehendaki pasti terjadi meskipun manusia tidak menginginkannya. Begitu pula sebaliknya, apa pun yang tidak dikehendaki pasti tidak akan terjadi meskipun manusia memohon dan menghendakinya. Hal ini bukan dikarenakan Allah tidak mampu melainkan karena Allah tidak menghendakinya.


·            Pencipta adalah  Allah
Ketika beriman terhadap qada dan qadar, seorang mukmin harus mengimani bahwa Allah-lah pencipta segala sesuatu, tidak ada Khaliq selain-Nya dan tidak ada Rabb semesta alam ini selain Dia.
Inilah empat rukun beriman kepada qada dan qadar yang harus diyakini setiap muslim. Maka, apabila salah satu di antara empat rukun ini diabaikan atau didustakan, niscaya kita tidak akan pernah sampai kepada gerbang keimanan yang sesungguhnya. Sebab, mendustakan rukun-rukun tersebut berarti merusak bangunan iman terhadap qada dan qadar dan ketika bangunan iman itu rusak, maka hal tersebut juga akan menimbulkan kerusakan pada bangunan tauhid itu sendiri.
Ada empat macam takdir, antara lain :
o  Takdir Umum (Takdir Azali)
Takdir mengenai segala sesuatu yang ditetapkan sebelum penciptaan langit, bumi, dan seluruh isinya.
     o  Takdir Umuri
Takdir yang diberlakukan atas manusia pada masa awal penciptaannya dan bersifat umum. Meliputi rizki, ajal, kebahagiaan, dan kesengsaraan.
     o  Takdir Samawi
Takdir yang dicatat pada malam Lailatul Qadar setiap tahun.
     o  Takdir Yaumi
Takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan terjadi dalam satu hari, mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan, mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan, dan sebagainya.
Allah berfirman dalam surat Ar Rad ayat 11 :
Arti : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa akidah Islam yang terangkum dalam Rukun Iman merupakan landasan bagi setiap umat Islam dalam mempelajari dan mengimplementasikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.  Selain itu, penerapan akidah yang baik dan benar dapat mendatangkan manfaat bagi kita, misalnya memberikan ketenteraman jiwa, mewujudkan kehidupan yang baik, melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen serta dapat meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.

2.6    Implementasi Konsep Iman Dan Takwa Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Iman sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa iman, ibadah yang dilakukanakan sia-sia, bahkan amal yang dilakukan tidak akan sampai kepada Allah SWT, sepertiyang dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nabia ayat 94, yang artinya.
 "Barang siapa yang megerjakan amal sholeh, sedang ia beriman, maka usahanya tak akan terabaikan. Dan sesungguhnya Kami menuliskan amalan itu untuknya"
Keimanan dan ketaqwaan yang dianugerahkan Allah SWT untuk kaumnya haruslah disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan ibadah amal, misalnya disamping menjalankan ibadah wajib (sholat, zakat, puasa), juga menjalankan ibadah sunnah,misalnya dengan membayar infaq dan sedekah.
Berikut penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari, sebagai berikut:
a)      Menjalankan keenam rukun iman. 
b)      Menaati perintah Allah dan beramal sholeh untuk mendapatkan ridhlo Allah
c)      Membersihkan diri dari hal-hal yang diharamkan (menghindari keharaman)
d)     Ringan tangan atau saling membantu sesama manusia.
e)      Menjaga aurat pada dirinya sesuai dengan ajaran agama.Ada sebuah hadist yang menyatakan,bahwa Rosulullah SAW bersabda:"Barang siapa bisa menjamin diantara kedua mulut (bibir)nya (bibir atas dan bawah),niscaya aku akan menjadi surganya".
f)       Menjaga amanah dan menepati janji. Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa haruslah bisa menjaga amanah yang diberikan kepada dirinya dan berusahalah untuk selalu menepati janji selagi masih mampu.
Menjaga sholat wajib. Menjaga sholat dalam kehidupan sehari-hari bukan persoalan yang mudah. Menjaga sholat ini berarti orang tersebut bisa menjaga waktunya, dia selalu sholat tepat waktu dan tidak menunda-nunda sholatnya. Disamping sholat tepat waktu orang tersebut juga menjaga cara dan bacaannya dengan benar sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Disamping itu juga harus bisa menjaga efek positif dari sholat, yaitu dengan benar-benar menghayati dan melaksanakan apa yang telah dibaca dalam melaksanakan sholat.
g)      Selalu siap untuk menghadapi kematian sebagaimana dari rukun iman.

Penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan di atas, memang telah dilakukan oleh sebagian anak muda. Namun,sebagian darinya masih juga kurang sepenuhnya menerapkan iman dan taqwanya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak masalah yang muncul akibat kurang kokohnya iman dan taqwa yang tertanam dalam diri masing-masing individu. Ada beberapa faktor penyebab munculnya masalah berkurangnya kekuatan iman dan taqwa dalam diri, sebagai berikut:
1.            Tidak mengenal siapa Allah SWT. 
2.            Lalai dan memalingkan diri dari rambu-rambu agama.
Tidak memperhatikan ayat-ayat Allah dan hukum-hukumNya, baik yang bersifat kauni maupun syar'i.Sesungguhnya kelalaian dan sikap tidak mau tahu semacam itu pasti akan membuat hati menjadi sakit atau bahkan mati karena belitan syubhat dan jeratan syahwat yangmerasuki hati dan sekujur tubuhnya. 
3.       Berbuat atau mengutarakan ucapan maksiat.
Oleh karena itulah iman akan turun,melemah dan surut sebanding dengan tingkatan maksiat, jenisnya, kondisi hati orang yang melakukannya serta kekuatan faktor pendorongnya. Iman akan banyak sekali berkurang dan menjadi sangat lemah apabila seorang hamba terjerumus dalam dosa besar, jauh lebih parah dan lebih mengenaskan daripada apabila dia terjerembab dalam dosa kecil. Berkurangnya keimanan karena kejahatan membunuh tentu lebih besar daripada akibat mengambil harta orang. Sebagaimana iman akan lebih banyak  berkurang dan lebih lemah karena dua buah maksiat daripada akibat melakukan satu maksiat. Demikianlah seterusnya. Oleh sebab itulah orang miskin yang sombong dan orang tua bangka yang berzina dosanya lebih besar daripada dosa orang kaya yang sombong dan perbuatan zina seorang yang masih muda. Hal itu sebagaimana dikisahkan di dalam hadits.
Ada tiga golongan orang  yang tidak akan diajak bicara oleh Allah dan tidak akan diperhatikan oleh-Nya pada hari kiamat´.Dan di antara mereka itu adalah orang tua beruban yang berzina danorang miskin yang sombong. 
4.    Meninggalkan ketaatan, baik berupa keyakinan, ucapan, maupun amalan fisik.
Sebab iman akan semakin banyak berkurang apabila ketaatan yang ditinggalkan juga semakin besar. Apabila nilai suatu ketaatan semakin penting dan semakin prinsip maka meninggalkannya pun akan mengakibatkan penyusutan dan keruntuhan iman yang semakin besar dan mengerikan. Bahkan terkadang dengan meninggalkannya bisa membuat pelakunya kehilangan iman secara total, sebagaimana orang yang meninggalkan shalat sama sekali. Perlu diperhatikan pula bahwa meninggalkan ketaatan itu terbagi menjadi dua. Pertama, ada yang menyebabkan hukuman atausiksa yaitu apabila yang ditinggalkan adalah berupa kewajiban dan tidak ada alasan yang hak untuk meninggalkannya. Kedua, sesuatu yang tidak akan mendatangkan hukuman dan siksa karena meninggalkannya, seperti : meninggalkan kewajiban karena udzur syar'i (berdasarkan ketentuan agama) atau hissi (berdasarkan sebab yang terindera), atau tidak melakukan amal yang hukumnya mustahab/sunnah.Contoh untuk orang yang meninggalkan kewajiban karena udzur syar'i atau hissi adalah perempuan yang tidak shalat karena haidh. Sedangkan contoh orang yang meninggalkan amal mustahab/sunnah adalah orang yang tidak mengerjakan shalat Dhuha


BAB III
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

3.1     Permasalahan
Di kehidupan yang sangat modern ini perkembangan iptek sangat pesat tetapi walau perkembangan iptek ini sudah maju, permasalahan hidup manusia bukan lebih sedikit atau lebih mudah tapi malah menjadi lebih kompleks dan ragam permasalahannya pun bertambah banyak. Terdapat beberapa contoh problem dalam kehidupan modern di antara :
1)         Perekonomian
2)         Putus asa
3)         Kegelisahan atau bimbang
4)         Kekecewaan, dll
Permasalah di kehidupan dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
a)         Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
b)         Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
c)         Faktor Psikologis : Penyakit syaraf, aliran sesat, dll.

o    Faktor Ekonomi, faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya masalah sosial. Apalagi setelah terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di mana-mana dan bisa memicu tindak kriminal karena orang sudah sulit mencari pekerjaan. Inilah yang menimbulkan masalah keputusasaan.
o    Faktor Budaya, Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang sampai saat ini sulit dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru yang berdampak negatif seperti narkoba.
o    Faktor Psikologis, Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan meresahkan masyarakat itu semua karena kegelisahan dan kebimbangannya di jiwa mereka.
3.2    Pembahasan
Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern. Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern tersebut. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern. Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia:
·            Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
Orang  yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya,jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat Al Fatihah ayat 1-7.
·            Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah:Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun kamu di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)”.
·            Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan
Rezeki memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendirian bahkan tidak segan-segan melepaskan prinsip,menjual kehormatan,bermuka dua,menjilat dan memperbudak diri karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini adalah firman Allah:
Dan tidak ada satu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul mahfud) (Hud, 11:6).
·            Iman memberikan kententraman jiwa
Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan , hatinya tentram(mutmainah), dan jiwanya tenang(sakinah), seperti dijelaskan firman Allah:…..(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram (Ar-Ra'd,13:28).
·            Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah :
Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahal yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan"(An Nahl, 16:97).
·            Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat ikhlas, tanpa pamrih , kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berfirman pada firman Allah:
Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam(Al-An'aam, 6:162).


·            Iman memberikan keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar karena Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung(Al-Baqarah, 2:5).
·            Iman mencegah penyakit
Ahlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman.
Jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas moral dan ahlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan kimia lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.
 Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera.



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1    Kesimpulan
Agama islam bukanlah hambatan untuk perkembangan iptek tapi justru agama islam bisa lebih mengembangkan dan memperbaiki iptek itu. Dan dengan adanya agama islam permasalahan-permasalahan yang muncul seiring dengan perkembangan iptek ini dapat diatasi atau diselesaikan. Dengan cara tetap menerapkan konsep iman dan taqwa tersebut dalam kehidupan kita, dengan begiu kemajuan iptek tidak membuat kemerosotan moral pada diri manusia.
Dengan adanya hubungan yang dinamis antara agama dan modernitas, maka diperlukan upaya untuk menyeimbangkan pemahaman orang terhadap agama dan modernitas. Pemahaman orang terhadap agama akan melahirkan sikap keimananan dan ketaqwaan (Imtaq), sedang penguasaan orang terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di era modernisasi dan industrialisasi mutlak diperlukan. Dengan demikian sesungguhnya yang diperlukan di era modern ini tidak lain adalah penguasaan terhadap Imtaq dan Iptek sekaligus. Salah satu usaha untuk merealisasikan pemahaman Imtaq dan penguasaan Iptek sekaligus adalah melalui jalur pendidikan. Dalam konteks inilah pendidikan sebagai sebuah sistem harus didesain sedemikian rupa guna memproduk manusia yang seutuhnya. Yakni manusia yang tidak hanya menguasai Iptek melainkan juga mampu memahami ajaran agama sekaligus mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

4.2    Saran
Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai manusia tidak bisa terlepas dari iman dan taqwa. Karena dengan kita beriman dan bertaqwa, kita dapat mencegah dan menyelamatkan diri dari hal-hal yang menyesatkan atau dari segala sesuatu yang tidak baik.  Selain itu, kita juga dapat menentukan apakah modernisasi tersebut dianggap sebagai suatu kemajuan atau tidak, dipandang bermanfaat atau tidak, diperlukan atau sebaliknya perlu dihindari.
























No comments:

Post a Comment